Sunday, January 31, 2016

APA YANG DITINGGAL OBAMA


Tahun 2016 ini merupakan tahun terakhir bagi masa jabatan kepresidenan Obama, setelah menjabat dua periode. Pada 20 Januari 2017 mendatang, jika sesuai rencana, presiden Amerika hasil pemilihan 2016 akan diambil sumpah, menggantikan Obama.

Pada tahun 2009, Obama dilantik sebagai presiden Amerika Serikat untuk periode pertama. Obama membawa sloganchange” serta “hopedi masa kampanye pemilihan presiden 2008, dan harapan akan perubahan itu pula yang ada di isi kepala para pendukung Obama. Harapan perubahan juga datang dari luar negeri, dari masyarakat internasional.

Di website Granma, Fidel Castro memberi komentar tentang sosok Obama dengan mengatakan bahwa Obama adalah orang yang tulus. Namun Castro tetap pesimis bahwa Obama akan mampu membawa perubahan berarti bagi masa depan keadilan global.[1] Setahun sebelumnya, Oktober 2008, Fidel Castro berkomentar bahwa sungguh merupakan kejaiban karena Obama belum dibunuh, mengingat masyarakat Amerika Serikat identik dengan rasisme mendalam.

Di dalam pidato inagurasi presiden, Obama menegaskan bahwa Amerika tidak menyesal atas jalan yang telah dipilih selama ini. Pernyataan Obama ini dapat dibaca, meski secara lebih sempit, bahwa selama ini antara partai Demokrat dengan Republik tidak terdapat perbedaan prinsipil di dalam kebijakan ekonomi-politik – dalam maupun luar negeri – sehingga jalan yang pernah diambil oleh Demokrat ataupun Republik ketika berkuasa tidak menjadi masalah bagi Obama [Amerika], dan tidak perlu disesali.

Pada akhir 2007, pasar perumahan di Amerika runtuh. Perusahaan-perusahaan keuangan terseret menuju kebangkrutan. Pertumbuhan ekonomi melambat, dan mulailah resesi ekonomi. Di dalam pidato pelantikan presiden 2009, Obama mengatakan bahwa melemahnya ekonomi Amerika Serikat tersebut adalah karena keserakahan dan perilaku tidak bertanggung jawab beberapa pihak sebagai individu. Obama mempersoalkan moral individu dan tidak menyinggung persoalan yang inheren pada sistem ekonomi yang dianut Amerika. Sebelumnya, yakni pada masa kampanye pemilihan presiden, Obama menolak tudingan bahwa jalan politiknya berbau kiri ketika kritik menyerang salah satu isu kampanye Obama tentang program pajak progresif klas atas.

Meski Obama menjanjikan penarikan tentara Amerika Serikat dari Timur Tengah, seperti Afghanistan dan Iraq, akan tetapi Obama tidak pernah benar-benar meninggalkan politik avonturir yang identik dengan kalangan hawkish dan neokonservatif. Administrasi Obama tidak hanya mencampuri politik negara-negara lain secara langsung maupun tidak langsung, namun bahkan menciptakan destabilisasi politik yang berujung kekerasan dan proxy war seperti di Libya dan Syria. Serta di Ukraina.

Kemunculan ISIS/ISIL/IS di Iraq dan Syria telah memberi legitimasi masuknya kembali aksi militer secara terbuka Amerika Serikat (Obama) – meski hanya lewat serangan udara – di dalam konflik di Timur Tengah, sebagaimana peristiwa 9/11 dan isu senjata pemusnah masal telah memberi justifikasi Amerika Serikat (Bush Jr.) untuk menyerang Iraq. Kemunculan ISIS itu sendiri bagi Amerika dapat dimanfaatkan sebagai pion-pion yang digunakan untuk menggempur Bashar al-Ashad di Syria, dan mungkin juga membersihkan gerilyawan-gerilyawan suku Kurdi di perbatasan Iraq, Syria, dan Turki. Pejuang-pejuang Kurdi hingga saat ini masih digolongkan sebagai kelompok “teroris” oleh Amerika dan Turki.

Pada perang Iraq, Bush Jr. mengirimkan serdadu Amerika untuk berperang di Iraq. Pada perang Libya dan Syria, Obama tidak mengirimkan serdadu Amerika, namun hanya melatih dan mempersenjatai kelompok-kelompok “oposisi”, yang juga memanfaatkan para “jihadis” dari berbagai negara, untuk menggempur dan mengganti rezim-rezim yang dianggap sebagai ancaman. Pada Juli 2015, Obama mengaku bahwa Amerika melatih milisi anti pemerintah Bashar al-Ashad, yang didahului kesalahan ucap telah melatih ISIS. Tindakan ini dilakukan Amerika Serikat bersama negara-negara sekutu di kawasan Timur Tengah dan pesisir Mediterania, terutama Arab Saudi, Qatar, Israel dan Turki, yang berkomplot di dalam “dirty holy alliance”.

Di Eropa Timur, konflik Ukraina, yang menciptakan ketegangan baru di kawasan sekitar Rusia, tidak bisa dilepaskan dari ambisi Amerika Serikat untuk meluaskan daerah aliansi militer, dalam hal ini NATO, hingga ke mulut Rusia. Amerika terus berupaya melemahkan pengaruh Rusia di kawasan bekas Uni Soviet dan Eropa Timur.

Sementara itu di kawasan Asia Timur dan Pasifik, dengan menjanjikan kehadiran armada militer yang kuat di kawasan ini, Obama mendesakkan proyek TPP (Trans-Pacific Partnership), bahkan berusaha mengambil jalur cepat di Kongres untuk menyetujui TPP. TPP adalah sebuah proyek ambisius yang bahkan ditentang oleh kandidat calon presiden dari partai Obama sendiri, yakni Bernie Sanders dan Hillary Clinton. Bagi Obama, urgensi TPP seolah dapat diungkapkan dengan kalimat: “kita [Amerika] yang mendahului atau mereka [Tiongkok] yang mendahului”. Obama tidak bisa keluar dari politik avonturir dan politik paranoid gaya Amerika.

Di dalam sebuah wawancara dengan RT TV, Noam Chomsky – seorang intelektual pembangkang Amerika – yang mengutip beberapa kritikus, mengatakan bahwa salah satu perubahan yang telah dibawa oleh Obama adalah kebijakan penanganan orang-orang yang dianggap musuh Amerika Serikat.[2] Kebijakan administrasi Bush Jr. adalah penculikan, penahanan, dan penyiksaan-penyiksaan di berbagai penjara, seperti Guantanamo dan Baghram. Administrasi Obama mengubahnya menjadi: “bunuh”. Tidak perlu ada penculikan dan penahanan. Langsung bunuh, seperti yang terjadi pada Osama Bin Laden. Semua atas nama kepentingan nasional.

Apa sebenarnya perubahan penting yang berkontribusi bagi keadilan dan keamanan global yang dibawa oleh administrasi Obama selain perubahan hubungan Amerika-Kuba dan kesepakatan nuklir Iran? Neraka perang Iraq yang diciptakan oleh administrasi Bush Jr. hanya digeser ke Syria, dan Libya, oleh adminstrasi Obama, dan percikan-percikan apinya terlempar hingga ke Paris, Jakarta, Istanbul, Moskow, dan berbagai muka bumi lainnya.***

Catatan:

[1] Pernyataan Castro pertama kali dimuat di artikel yang ia tulis di Granma.co, namun sekarang alamat url bersangkutan tidak dapat diakses lagi. Lihat di http://www.theguardian.com/world/2009/jan/23/fidel-castro-barack-obama-cuba; juga http://havanajournal.com/politics/entry/fidel-castros-latest-reflection-frees-up-raul-to-make-decisions/
[2] Pernyataan Chomsky ini diucapkan ketika diwawancara oleh RT tv, sebuah stasiun televisi Rusia. Lihat: http://www.youtube.com/watch?v=f5pur4-dfiY

No comments:

Post a Comment